Halaman

Kenapa harus 'gue' ?

Entah alasan apa penulis banyak bercerita jarang memakai 'aku' atau 'saya' tapi memakai 'gue', kita senggol dulu penulis sekaliber radityadika, atau penulis yg setia dengan status jomblonya serta skripsinya yang masih 'berjalan di tempat' arief muhammad @poconggg. Gue sih sok kenal aja sama mereka.

Menyenggol mereka dan semoga gak membuat mereka tiba-tiba kebangun dari tidurnya, atau di tengah-tengah makan ada yang ngGanjel, gak enakkan makan begitu? atau parahnya tiba-tiba bingkai foto mereka yang terpampang di dinding rumah ke jatuh dan pecah seketika sehingga mengagetkan seisi rumah, dan membuat mereka harus membeli 'lagi' ke toko yang ada jualan bingkai fotonya. Ya, karena itu foto yang langka waktu mereka kecil yang belum punya akun twitter, belum bisa ngebaca dan menulis, masih ingusan, masih minum susu danc*w, dengan potongan rambut belah samping minyak rambut urang-ari*g, muka-muka kaku, ga unyu-unyu amat sih karna masih ber'genre' tahun 80-an hitam putih, maka dari itu mereka sayang banget sama foto itu cukup bersejarah untuk hidup mereka dan harus cepet-cepet membeli bingkai baru *sok tau banget gue kehidupan mereka -_-
Sebelum membeli itu bingkai ya sebelumnya ngebersihin bekas pecahan kaca bingkai tersebut, tapi kalo ada pembantu, kemungkinan besar pembantunya yang bersihin, dan kalo mereka mandiri mungkin juga mereka  yang berpotensi ngebersihinnya, yaa pembahasan topiknya tersesat kemana-mana bung.

Baiklah mengapa bercerita dengan subjek harus memakai 'gue'? pertama dan paling utama kita panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa terlebih dahulu karna berkat limpahan Rahmat-NYA lah gue dapat menjawab pertanyaan di atas *korban sering kedapatan tugas nulis 'kata pengantar' waktu sma. Oke gue jawab alasan utamanya karna penulis-penulis kayak mereka di atas yang sibuk mengganti bingkai fotonya tersebut -> emang 'gue' bahasa mereka, gue elo nyokap bokap goceng celeng, argghhh bahasa gehol anak muda ibukota mang miris nan sadis dan kadang agak horor juga di dengernya, dengan memakai gue mang terlalu 'Lux' kedengerannya untuk mereka yang ga biasa , dan seorang penulis jika menulis sebuah tulisan di buku tulis dengan alat tulis memakai kata selain gue, dijamin tingkat kreatifitas & kegokilan antar kalimatnya bakal kurang sehat kedengerannya.

Kata 'gue' emang menjadi pilihan utama karena untuk suasana gokil, konyol dan lucu ritme artikulasi pic kontrolnya itu ngpass banget sama yg di tulis. Coba kalo pake saya? Gue contohin ya...
"Saya abis kejepit di pintu rel kereta"
Kesannya gimana gitu ya, semacam menulis surat formal yg di ajarin berulang-ulang waktu sma, udah siang gitu kan, belajar surat suratan lage, iya kalo surat cinta, ini surat keterangan, surat pengantar, surat tugas, sampe-sampe bisa jd kena asam surat -_-

Trus coba kalo pake 'aku' gue contohin...
"Aku binatang jalang dari kumpulan yang terbuang..." Ya elah emang mau di samain sama binatang jalang? Ya gamau lah, secara gethoo kan ghoee naghh gehoel gemanaa gethoo, nginaa abieszz dhah apaa iang loe bilank khee ghoee khaloe qhennyathaan nya genhee. Zzzt
atau contoh lain "Kau Khianati Hati Ini Kau Curangi Aku.... "
ya intinya kalo pake 'aku', itu bagusnya cerita yang mellow mellow, puisi, kalimat deskripsi ato hal hal tentang romantisme. romantisme lho... bukan orgasme :'

Satu lagi ni yang paling parah subyeknya pake kata 'ane' ? aduh kasurkers banget ya, ane agan aganwati sundul cendol es kelapa muda de el el. Nah itu bahasa kasurkers, awal gue ngdenger dan ngbaca percakapan org-org kasur, gan.. Ane... Sumpah malah menjemukan pendengaran gue, semoga deh ya ga merambah dan masuk ke dalam KBBI-nya hasan sadily, cukup mereka dan komoditasnya aja yang pake bahasa gituan.

Ya ga maksa sih, karna tulisan itu sebuah kreatifitas, tergantung si penulis lagi cara pembawaannya, susunan kata-katanya, dan struktur bahasanya, subjek emang ga penting, enak di baca atau tidak, itu kembali lagi dengan pembacanya, watak pembaca juga beda-beda, jadi belum tentu semua kalangan menyukai cara penyajian tulisan si A, pasti beberapa oknum ada juga yang ga sependapat. Itulah hidup, kalau ga di sogok, ga bakalan satu suara semua, yaudah kalo udah satu suara, mari turunkan djohar arifin !

Tidak ada komentar: