Matahari yg tingginya kurang lebih 30 derajat dari ufuk
timur menghiasi pagi itu, berkumpulah beberapa manusia-manusia remaja
yang mulai menginjak ke masa alay membentuk barisan rapi tanda upacara
bendera akan segera di mulai, kebetulan saya punya kelas yg menjadi
prajurit-prajuritnya.
senin pagi waktu setempat sebelum upacara nyaris di mulai, tentunya setelah weekend
banyak hal yang bisa diceritakan, begitulah pemandangan yg gue liat dari depan
(ceileh gue... sekali-kali orang pertama pelaku sampingan ceritanya
pake 'gue' ya? jadi ke metropolitan gitu... hwehwehwe) yaudah lanjut.
sampe mana tadi?
sedang connect ke alur cerita, connected succesfully!
oke suasana yang gue liat dari depan selaku pembaca doa (ntah ketiban
sial apa gue yg begini di tunjuk jadi pembaca doa) ya di jalani aja
lah di yakini dlam hati di amalkan lewat perbuatan insya Allah gue
bisa ngjalani tugas yg berbicara soal dunia kerohanian tersebut...
pemandangan tampak depan sebelum upacara dimulai terlihat, anak-anak
pada berisik dengan lawan bicaranya masing-masing padahal baru ga
ketemu sehari doang yaitu hari minggu, eh ceritanya di barisan bak
novel harry potter panjangnya, begitulah mereka saling berbagi cerita
paling tidak untuk yang cowok2 topik senin pagi selalu seputar si kulit
bundar yg tayangnya dari minggu malam sampai senin dinihari atau ga topik
yg paling anget kalo pagi-pagi baru turun sekolah ya seputar tugas
smbil bisik-bisik dari kejauhan pun terdengar 'udah ga tugas fisika?
nanti gue liat yah?' keliatan banget sebagian besar mimik wajah mereka
walau gue dari kejauhan gue tau itu karna gue juga pernah ngalaminnya
-_-
itu sih radar yg coba gue tangkap tentang kisruhnya barisan sebelum upacara dimulai.
guru mulai berdatangan dan masuk ke tempat upacara, kemudian untuk coba
memastikan perwakilan dari organisasi OSIS didepan sedang sibuk
bergelut dgn benda hitam berbentuk silinder yaitu mic si pengeras
suara, masih berfungsi kah mic itu atau tidak ?
sang protokol pun memulainya "upacara hari senin tanggal... tahun...
segera di mulai..." serentak kekisruhan barisan pun konon tinggal cerita
dan para peserta pun dalam waktu singkat langsung berbaris rapi.
yah perasaan gue sih awalan yg baik untuk kelas gue menjalani upacara
tersebut, gue yang tepat menghadap ke matahari sebagai pembaca doa meliat
susunan jalannya upacara tersebut secara rinci dengan pandangan luas dari
depan sejak pemimpin masuk, penghormatan-penghormatan, sampe pembina
masuk ke podium.
namun perasaan yang janggal berlabuh di hati ketika protokol membacakan
"pengibaran bendera merah putih yang di iriingi lagu indonesia raya"
meliat trio temen gue yang kali itu kedapatan tugas berat yaitu sebagai
pengibar bendera, perlahan tapi pasti mereka memulainya "siap gerak,
langkah tegak maju jalan" melihat muka-muka mereka, semacam mencoba
tampil tegar dengan menutupi rasa gugup yang menghinggapi, gue bantu doa juga
dari sini meliat aksi mereka 'semoga mereka berhasil melewatinya'
entah lah tp menurut gue awalan yang cukup baik juga mereka lakukan,
hingga akhirnya panas yang terik menghampiri menunggu terlalu lama
apalagi waktu mereka mengikatkan tali bendera tersebut, gue yang berdiri
dengan keringat bercucuran mencoba tetap tampil elegan karna sesekali gue
liat para peserta ada yang melirik-lirik gue mungkin bosan juga melihat
trio pengibar bendera tersebut, jadi pandangan mereka pada ke gue :D *hahaha GR*
seperti sedang mengunduh file berukuran 100 Mbps dengan kecepatan
rata-rata 10 kbps, 10 kbps karna kuota modem udah mncapai maksimal
sehingga kecepatan menurun dan mengakibatkan menunggunya lama banget.
begitulah rasanya menunggu mereka mengikatkan tali bendera tersebut, sedang
menunggu dan menunggu... entah gue lagi asyik ngapain terlihat bendera
tersebut telah selesai diikat.
ada sedikit perasaan janggal dengan waktu yang cukup lama melihat mereka akan
mengibarkan, *jreng jreng* satu orang yang mendapat tugas untuk mengibarkan setelah
di ikat, ia pegang kedua ujung bendera, bersiap mundur tiga langkah
kebelakang dan ia pun melakukannya dan dengan lantang mengatakan 'bendera
siap !!!!'
ya... pucuk di cinta ulampun tiba, perasaan was-was td benar-benar
terjadi, sejatinya bendera merah putih yg berkibar, eh ini malah
bendera polandia yg berkibar (kebalik maksudnya), untunglah ketegasan
daripada pembina mengambil tindakan untuk mengulang pengibaran tersebut,
alhasil kesempatan kedua mereka lakukan dengan segumpal, segercap dan
segudang rasa malu mereka ulangi dan syukurlah berhasil.
namun bagaimanapun rasa malu yang ada begitu terasa, tepat kejadian
tersebut seluruh petugas langsung tertunduk lesu, mungkin begitulah cara
mngungkapkan tragedi maut itu terjadi, apalagi wali kelas kami yang
terbilang sangat easygoing sentak untaian kata-kata
pedasnya terdengar keluar dari mulutnya karna seumur-umur peristiwa itu
terjadi mgkin baru kali itu di kehidupan beliau, mungkin bukan cuma
beliau, saya teman-teman dan di hadapan Tuhan mungkin itulah peristiwa
pertama yang terjadi sejak indonesia berdiri, betapa perjuangan pahlawan
yg sampai titik darah penghabisan, kami dengan sangat ceroboh
melakukannya, malu kami tanggung bersama, sejak itulah kami sadar
latihan yang sering cengengesan ketawa-ketawa tidak serius menganggap
remeh, semuanya terbayar dengan hasil yang mengecewakan.
(kejadian ini pernah kami alami sekitar akhir tahun 2009, perlu di ambil hikmah namun jangan di ulangi)